Daily Archives: 5 Desember 2010

MAAFKAN AKU MASIH MELANGGAR


By. Rizal

Pada senin pagi yang masih berselimut awan hitam pertanda hujan akan bergulir deras, tiba-tiba hati Sang Sersan Badri berdecak kencang dan pikirannya terasa melayang-melayang memikirkan apa yang kan terjadi dilapangan seusai upacara nanti….

Teman satu tetangganya  di Perum Hangtuah Kopral Usman, sempat sapaannya tidak digubrisnya

” Oih kawan ntar lagi kita akan masuk lapangan, jangan bikin kerjaan, kalau nagak konsen lebih baik mundur” ucap kawannya sambil menepuk bahunya.

Siiiisiap…..secara reflek dari mulut Badri, Sang Kopral tentu kaget…..apa-apa an ini, apa kau tidak tahu, aku ini udah Kopral buluan (sudah lamanya pakai pangkat Kopral) yang ntar lagi akan pensiun tiba-tiba kau siap….siap kau, ada apa ini ? tanya Usman dengan logat Medannya.   …

Aku walau tua dari kau tapi kau itu bos ku, sambil ia memberikan hormat pada Sohibnya  yang telah beruntung menyandang pangkat Sersan, maklum waktu seleksi Secaba yang telah beberap kali yang dikutinya tak pernah membuat ia seberuntung temannya, akhirnya hidup ini tentu harus ia terima…….

“Semangat lah kau dan ada apa kau semurung itu”

Setelah Badri menarik napas panjang, menjawablah ia dengan suara rendah,

Begini …kawan ..aku sedang gusar dan kuatir jangan-jangan setelah upacara bendera nanti aku dipanggil kedepan..dan aku tak tahan rasanya….kawan

Emang ada apa kalau kau dipanggil kedepan, kan tentara itu sudah biasa, apa yang aku malukan, kalau kau tak mau biarlah taun Kopral ini yang akan mengantikan kau, payah juga kau…….ejek sang Kopral.

Bukan begitu kawan….., Badri seperti menahan gundahnya,

aku takut campur malu kalau dosaku ketahuan dan akau diadili dilapangan,

kau kan tahu selama ini saya ngak pernah mengalaminya, kemarin kawan saya tergrebek perjudian…….., Hah…….Kopral menaikkan pundaknya.

Tapi sabar kawan, saya tu ngak main saya hanya lihat-lihat saja biasalah………kawan, tapi aku dapat apesnya, malu juga awak sudah tidak main hanya berharap ……………badan pula menanggungkan, itulah kawan menjadi sebab aku linglung menghadapi kejadian nanti kepada kawannya.

Sang Kopral walau dongkol karena ulah temannya, namun tak tega juga ia terus memaki, karena ia tahu siapa dia, karena hanya persoalan hidup yang terasa berat saja kebanyakan Badri dan temannya menempuh cara itu…..,

Begini saja kawan,

“apa yang terjadi, biarlah terjadi, sekarang kau ambillah hikmahnya yang penting kau kembali waras, dari pada kau berharap pada hal yang belum tentu lebih baiklah kau nikmati yang ada saja, saya ni kan Kopral punya bini dan sepasang anak, buktinya bisa hidup dengan apa adanya, kau saja mungkin yang tidak sabaran…….”., ceramah sang Kopral bak seorang komandan kepada temannya nya yang akan menjadi pesakitan.

Agak terdiam ia meneriam kotbah sang temannya, sambil ia berusaha kuat, …..

Coba kalau renumerasi ngak ditunda-tunda terus mungkin kita ngak lakukan ginian, kritik sang Kopral….., kan kalau semua sudah terpenuhi ngapain kita buat yang ngak, kecuali bah….kalau sudah hobby apa lagi bawaan bayi itu mah oknum ucap sang Kopral…..tertawa kecil.

Udah kau doakan sajalah semoga kesejahteraan kita ntar lagi berubah, tambahnya,

………lain kali kau hati-hati dalam melangkah, kena batu repot masih mending ini, kalau yang lebih parah baju kau pula nanti yang dibuka, dengan apa anak bini mau hidup zaman ini ? tegas sang Kopral.

Maafkan aku kawan aku sudah melanggar dan sudah membuat kau kecewa, hah……..aku tidak boleh tersandung lagi, ….

Aku harus syukuri dan nikmati yang ada, dibanding yang lain sebenarnya awak masih enak, tapi……..kok…ya….kok…..ya masih,  nah tanya sama diri kau mau jadi apa, yang lurus atau malah yang aneh-aneh,,,,,

Udahlah kawan terompet udah terdengar,

jangan bikin malu kau…..kontrasepsi……..eps salah ….konsentrasi, jangan kau pikir itu lagi ok……..? Siap…… Pak Kopral,…………….Maju jalan…….///